Cerpen: Membeli Angan

Selamat datang!



Suatu hari di suatu pertokoan antara seorang penjual dan 2 orang calon pembeli.

Calon pembeli pertama masuk ke dalam toko, melihat-lihat dan membuat si penjual seketika begitu berharap. Karena orang itu berpakaian rapi bak seorang pimpinan perusahaan, tak menawar dan sangat elegan. Memberi keyakinan kepada penjual bahwa calon pembeli pertama ini akan langsung membeli sekaligus membuat penjual senang.

Calon Pembeli 1: "Yaudah, saya liat-liat toko lain dulu yaa.. Nanti kalo ga ada yang cocok atau lebih bagus, saya balik lagi ke sini."

Penjual: "Ooh iya deh, Mas. Silakan.. Tapi kami sangat berharap Mas segera kembali ke sini."

Kemudian si calon pembeli pertama pergi meninggalkan penjual dan tokonya tersebut. Melangkahkan kaki, mengarahkan mata ke toko-toko lain.

Tak berselang lama, calon pembeli berikutnya, kita sebut saja "Calon Pembeli 2", datang menghampiri toko yang sama.

Calon Pembeli 2: "Wah, saya tertarik nih sama yang ini.. Saya mau yang ini. Berapa saya harus bayar?"

Dengan wajah yang terlihat berbinar, diiringi suara recehan di kantong celananya, Calon Pembeli 2 menawar.

Penjual: "Maaf, sebentar, pak."

Penjual masuk ke dalam, mempertimbangkan. Lalu keluar lagi.

Penjual: "Hmm.. Yang ini udah ditawar sama orang, pak. Tapi orang itu lagi nyari-nyari lagi di tempat lain. Tunggu kepastian dia dulu yaa.. Dia jadi beli atau engga."

Calon Pembeli 2 menghela napas. Nampak kecewa dengan respon si Penjual.

Calon Pembeli 2: "Oh yaudah, saya tungguin deh."

Si Penjual mengernyitkan dahi.

Penjual: "Bapak ga mau nyari di tempat lain lagi aja, pak?"

Calon Pembeli 2: "Engga. Saya mau yang ini. Saya tunggu aja dulu. Kalo memang, orang yang tadi datang lagi dan membelinya, baru saya cari yang lain."

Calon Pembeli 2: "Saya sebenernya udah lama tertarik sama yang ini. Tapi, saya merasa belum punya cukup uang untuk menawarnya. Jadi saya hanya berani memerhatikannya dari kejauhan aja. Sekarang, setelah saya berusaha keras, berjuang setiap hari, dan merasa sudah cukup, saya memberanikan diri ke sini untuk menawar. Apa daya, ternyata yang saya lakukan tak langsung membuat saya bisa mendapatkannya."

Penjual terpaku.

Memang secara kasat mata, perawakan si Calon Pembeli 2 ini cukup kontras dengan Calon Pembeli 1. Sampai-sampai Penjual pun agaknya memandang sebelah mata si Calon Pembeli 2 dan memilih menunggu kehadiran Calon Pembeli 1. Membuat Calon Pembeli 2 terpaksa ikut menunggu juga.

Calon Pembeli 2: "Saya akan tunggu. Sampai kapanpun itu. Saya yakin ini memang akan jadi milik saya. Saya sudah berjuang."

Penjual: "Duduklah dulu, pak."

Sekian. (Cibinong, 14 November 2019)




Terima kasih! Semoga Berkesan!